Siapa bilang jadi laki-laki tampan itu menyenangkan? Terkadang hidup sebagai laki-laki tampan malah justru lebih sulit, setidaknya di dunia profesional.
Berdasarkan sebuah studi kecil dari University College London dan University of Maryland, mempunyai paras tampan justru merugikan para laki-laki di tempat kerjanya. Mereka pun dinilai akan sulit mendapatkan pekerjaan di lingkungan yang sangat kompetitif.
Pada studi ini, para peneliti merancang empat percobaan yang mengharuskan para relawan merekrut kandidat dari berbagai tingkat ketertarikan. Hasilnya menunjukkan kandidat laki-laki yang sedikit tidak menarik ternyata lebih diuntungkan.
Hal ini khususnya terjadi pada lingkungan yang sangat kompetitif. Misalnya saja seperti di dealermobil, yang penghargaan untuk karyawannya dilihat dari keberhasilan individu.
“Faktanya laki-laki yang lebih menarik terlihat lebih kompeten tapi itu justru merupakan hal yang kurang menguntungkan bagi mereka," kata salah satu peneliti, Marko Pitesa, seperti dikutip Medical Daily.
Alasannnya, bukan karena laki-laki tampan dianggap tidak kompeten melainkan lebih pada mereka dianggap sebagai ancaman.
“Orang-orang membuat keputusan dan kesimpulan tentang kompetensi seseorang ternyata hanya dari ketertarikan fisik saja tanpa bukan karena mereka memang punya kompetensi," ujar Pitesa menambahkan.
Pitesa dan timnya pun berharap studi ini akan meningkatkan kesadaran tentang kapan dan bagaimana stereotipe terjadi. Sehingga bisa ditemukan cara yang tepat untuk menghentikannya.
Merasa terintimidasi dengan laki-laki yang lebih atraktif mungkin sudah mengakar pada kecenderungan alamiah setiap orang yang melihat laki-laki tampan sebagai seseorang yang lebih egois dan kompetitif. Studi terbaru dari Brunel University di Inggria menemukan bahwa semakin atraktif seorang laki-laki, semakin banyak perempuan dan laki-laki lainnya yang menganggap mereka lebih egois dan kompetitif.
Berbeda dengan laki-laki, perempuan justru akan mudah mendapat pekerjaan jika memiliki paras cantik. Seperti yang dilaporkan Business Insider, perempuan yang menarik lebih banyak dapat panggilan kerja.
Dalam sebuah studi di Italia, peneliti mengirim 10 ribu resume dan mengubah nama, alamat, serta foto untuk mengetes bias dari karyawan.
Hasilnya menunjukkan, bahwa tingkat rata-rata panggilan kerja adalah 30 persen. Namun untuk perempuan cantik jumlahnya menyentuh angka 54 persen yang mendapatkan panggilan kerja. Sementara perempuan yang dinilai tidak menarik hanya tujuh persen saja.
Sumber: cnnindonesia.com