Menu:

Geger Rumah Berlantai Emas Ratu Belanda di Semarang

Tasripin adalah seorang tuan tanah yang pada masa kejayaannya menguasai banyak sekali daerah di Kota Semarang. Kini, sisa-sisa kejayaan Tasripin masih terlihat di kampung-kampung sekitar Jalan MT Haryono atau orang Semarang sering menyebutnya Jalan Mataram.

Tasripin juga seorang pedagang dan tuan tanah pribumi dari Semarang yang kaya raya. Pada masa kejayaannya menguasai banyak sekali daerah di seantero Semarang. Ia adalah pengusaha kopra, kapuk, dan juga real estate. Tasripin juga memiliki bisnis kulit yang dijalankan di Kampung Kulitan.

Bisnis ini mulai ramai pada permulaan abad ke-19. Bisnis ini yang menyebabkan kampung ini terkenal dengan nama Kampung Kulitan hingga sekarang. Kampung Kulitan dahulu disebut sebagai "Kerajaan Tasripin," karena ia beserta segenap kerabatnya pernah tinggal di sana.

Tak banyak yang bisa diungkap tentang sosok Tasripin, karena ketertutupan keturunannya untuk dipublikasi. Maka, hanya data secuil yang dapat diperoleh tentang Tasripin. Dari tuturan lisan masyarakat Semarang sedikit dapat diketahui pribadi Tasripin.

Meski sebagai pengusaha dia harus bekerja sama dengan pemerintah Hindia Belanda, tapi dalam hatinya sebenarnya tidak menyukai penjajah itu. Tasripin memiliki jiwa nasionalis yang anti penjajahan.

Tasripin pernah minta izin memasang uang emas untuk ubin atau tegel rumahnya pada Belanda. Ketika sudah dipasang, lalu dia mengundang pejabat Belanda untuk berkunjung ke rumahnya.
Pejabat Belanda itu dengan senang hati menerima tawaran Tasripin. Namun, pejabat itu terkejut dan marah ketika mengetahui bahwa uang emas yang untuk menutupi ubin rumah Tasripin adalah uang logam yang bergambar Ratu Wilhelmina, Ratu Belanda masa itu.

Akibatnya, Tasripin diminta mencopoti uang emas itu. Tasripin mengiyakan anjuran itu dan meminta pejabat Hindia Belanda itu beberapa hari lagi untuk mendatangi rumahnya lagi.
Saat memasuki rumah Tasripin, pejabat Belanda itu bengong bercampur jengkel, karena uang logam emas itu tidak dicopot cuma dipasang miring, sehingga gambar Ratu Wilhelmina tidak kelihatan.

Pejabat itu pun ngotot minta Tasripi supaya mencopot uang emas itu. Tasripin juga tak kalah cerdik, dia menjawab, ”Kalau di balik begini kan gambar Ratu Wilhelmina tidak terinjak, apanya yang salah?”

“Kejadian itu membuktikan Tasripin memiliki jiwa nasionalis yang anti penjajahan,” ujar budayawan Semarang, Djawahir Muhammad ketika ditemui di rumahnya kawasan Tandang, Mrican, Semarang.

 
Ikiasli Comotan © 2015 | Designed by Canvas Art, in collaboration with Business Listings , Radio stations and Corporate Office Headquarters