Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri kembali menyerukan revolusi mental di sela pidato penutup Kongres IV PDI Perjuangan. Mega menyebut, banyak pemimpin yang tak memiliki revolusi mental bahkan saat pidato.
"Kenapa harus ada revolusi mental? Untuk membangkitkan rakyat bahwa mereka bukan manusia yang rendah," kata Mega saat menutup Kongres PDI P IV di Ruang Agung Room, Grand Inna Bali Beach Hotel, Denpasar, Bali, Sabtu (11/4/2015).
Lanjut Mega, Indonesia harus tetap memiliki kebanggaan sebagai rakyat Indonesia, meskipun Indonesia masih tergolong negara berkembang.
"Makanya harus punya kebanggaan diri, meski miskin tapi harga diri itu ada. Yang namanya sederhana bukan berarti miskin. Itu harus ditancapkan," ujarnya.
Salah satu kebanggaan diri itu kata dia harus dimulai dari keberanian pemimpin. Sebab, dengan pemimpin yang berani dapat membangkitkan negara hingga mampu dihormati bangsa lain.
Tapi lanjut Mega, tak ada pemimpin yang se-berani dirinya. Hal itu dapat terlihat dari cara berpidato.
"Saya dengar yang namanya pemimpin tidak ada yang berani ngomong seperti saya. Mereka membaca (pidato) yang dibuatkan stafnya, tidak datang dari hati nuraninya," pungkas dia.
"Kenapa harus ada revolusi mental? Untuk membangkitkan rakyat bahwa mereka bukan manusia yang rendah," kata Mega saat menutup Kongres PDI P IV di Ruang Agung Room, Grand Inna Bali Beach Hotel, Denpasar, Bali, Sabtu (11/4/2015).
Lanjut Mega, Indonesia harus tetap memiliki kebanggaan sebagai rakyat Indonesia, meskipun Indonesia masih tergolong negara berkembang.
"Makanya harus punya kebanggaan diri, meski miskin tapi harga diri itu ada. Yang namanya sederhana bukan berarti miskin. Itu harus ditancapkan," ujarnya.
Salah satu kebanggaan diri itu kata dia harus dimulai dari keberanian pemimpin. Sebab, dengan pemimpin yang berani dapat membangkitkan negara hingga mampu dihormati bangsa lain.
Tapi lanjut Mega, tak ada pemimpin yang se-berani dirinya. Hal itu dapat terlihat dari cara berpidato.
"Saya dengar yang namanya pemimpin tidak ada yang berani ngomong seperti saya. Mereka membaca (pidato) yang dibuatkan stafnya, tidak datang dari hati nuraninya," pungkas dia.
sumber:metrotvnews.com